Selasa, 09 November 2010

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berbagai fenomena alam yang sangat mecekam, menakutkan dan meresahkan. Parahnya lagi, fenomena alam ini terjadi secara akumulasi. Yang paling dahsyat dan masih hangat-hangatnya saat ini adalah Tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi di Sleman. Belum lagi banjir dimana-mana, kebakaran besar di riau, dan banyak lagi gempa-gempa yang secara kontinyuitas dan silih berganti melanda berbagai tempat di Indonesia.
Ada tanda tanya besar yang harus kita jawab. Apakah kejadian ini alami fenomena alam, ataukah ada azas kausalitas yang berkaitan dengan manusia sebagai subjeknya?
Untuk menjawab pertanyaan demikian, ada baiknya kita lihat dulu penyebab dari masing-masing bencana tersebut.

1. Letusan Gunung Berapi (Volcanic Eruption)
Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) dimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.

2. Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika ada gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami; Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km), gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter, dan gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.

3. Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

4. Banjir
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada dasarnya, banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, namun ada penyebab lain yaitu penyebab yang tidak alami seperti perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang (meningkatnya jumlah penduduk, Pemanasan global, perubahan penggunaan lahan, tingginya aliran permukaan air, hutan yang gundul, erosi dan sediment yang menyebabkan kurangnya kemampuan sungai, waduk dan bendungan menampung air.

5. Kebakaran Hutan
Kebakaran yang saat ini terjadi sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan manusia, seperti kebakaran di riau. Industri Kayu dan Perkebunan di Riau mulai menggeliat dan mempraktekkan budaya tebang, imas dan bakar , yang akhirnya menjadi ritme keseharian industri kehutanan Riau, dan menjadikan asap sebagai menu tahunan masyarakat Riau, disamping bonus banjir minimal 1 kali setahun sejak tahun 2001.
Dari penjelasan mengenai penyebab terjadinya bencana alam tadi, dapat disimpulkan bahwa bencana alam itu sebenarnya terjadi secara alami. Namun, bencana akhir-akhri ini banyak yang disebabkan oleh ulah tangan manusia yang telah mengeksploitasi alam secara brutal dan tidak beraturan. Gunung merapi dan tsunami bolehlah dikatan penyebabnya alam seperti yang telah di jelaskan diatas, namun sangat tidak bisa dipungkiri lagi bahwa banjir dan kebakaran hutan itu adalah akibat oleh ulah tangan manusia.
Semoga brutalisasi untuk memenuhi kebutuhan manusia bisa di kurangi dengan pengolahan alam secara terkendali sehingga kebutuhan terpenuhi dan kelestarian tetap terjaga.

0 komentar:

Posting Komentar